SARIASIH.com – Ketika menjalani kehamilan, terkadang ada beberapa kondisi yang membuat tingkat kesehatan ibu menurun, salah satunya preeklampsia. Kondisi ini cukup umum terjadi, namun demikian tetap tidak dapat disepelekan.
Nyatanya, preeklampsia merupakan hal yang cukup berbahaya dan tidak hanya berdampak pada ibu, tetapi juga janin yang ada di dalam kandungan. Seorang ibu yang mengalami preeklampsia dapat ditandai dengan tekanan darah yang lebih dari 140/90 mmHg.
Menurut dr. Ika Wiraswesty, SpOG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Sari Asih Ciputat mengatakan jika dahulu memang preeklampsia dibagi menjadi dua bagian, yaitu ringan dan berat. Namun saat ini klasifikasi preeklampsia ringan sudah ditiadakan.
“Untuk preeklampsia sekarang tidak lagi ada preeklampsia ringan. Klasifikasinya hanya preeklampsia dan preeklampsia berat, hal tersebut dinilai awal berdasarkan tensi. Pada preklampsia berat tensi mencapai 160/100 mmHg tanpa atau disertai salah satu kelainan laboratorium seperti protein dalam urine” ujar dr. Ika
Preeklampsia muncul paling dini pada usia kehamilan 20 minggu dan dapat pula gejala muncul ketika usia kandungan di atas 34 minggu. Pada saat itu, ibu juga akan merasakan beberapa hal yang terkadang menyerupai penyakit lain, seperti sakit kepala berat atau terus menerus, sesak napas, mual, muntah hingga berat badan naik secara tiba-tiba.
Memang tidak semua ibu pasti mengalaminya, namun kondisi ini juga lebih berisiko apabila ibu yang mengandung usianya dibawah 17 tahun dan diatas 35 tahun. Selain itu, ibu dengan beberapa kondisi seperti mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, memiliki penyakit metabolik, obesitas, hingga kehamilan kembar mengalami depresi mengalami preeklampsia.
Dilansir dari webmd.com, banyak ahli yang berpendapat jika penyebab preeklampsia dan eklampsia masih belum diketahui secara klinis, namun diduga hal tersebut bisa terjadi ketika plasenta wanita tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Selain itu, diperkirakan terdapat unsur nutrisi yang buruk atau lemak yang ada didalam tubuh ibu juga dapat ikut berkontribusi. Kurangnya aliran darah ke rahim serta gen adalah faktor lainnya.
Hingga saat ini cara pencegahan juga masih belum ditemukan, sehingga upaya yang bisa ibu lakukan adalah menghindari pemicunya agar kondisi kandungan ibu tetap sehat.
“Pencegahan sampai saat ini masih melalui banyak penelitian. Umumnya dokter akan memberikan asam asetilsalisilat (aspilet) pada usia kehamilan awal untuk mengurangi risiko preeklampsia dengan beberapa terapi tambahan suplemen seperti kalsium dan zinc. Ibu juga dianjurkan untuk segera kontrol ke rumah sakit jika tekanan darah lebih atau sama dengan 140/90 terutama pada usia kehamilan diatas 20 minggu” tutup dr. Ika.