SARIASIH.com - Kehadiran seorang bayi dalam kehidupan seorang ibu adalah momen yang penuh sukacita dan harapan. Namun, bagi sebagian ibu, perasaan bahagia ini dapat dihiasi oleh apa yang dikenal sebagai Baby Blues Syndrome atau Baby Blues Disorder.
Lebih jauh dari baby blues, baby blues syndrome adalah bentuk yang lebih serius dari perasaan sedih dan kecemasan yang biasa dialami oleh beberapa ibu baru setelah melahirkan.
Apa Itu Baby Blues Syndrome?
Baby Blues Syndrome dijelaskan Dokter Umum RS Sari Asih Sangiang, Kota Tangerang, dr Siti Nur R. Firda Fauziyah, adalah kondisi emosional yang lebih serius daripada baby blues biasa. Ini terjadi pada beberapa ibu baru setelah melahirkan dan dapat mencakup gejala yang lebih intens dan berkelanjutan. Gejala ini mungkin mencakup perasaan sedih yang mendalam, cemas yang parah, mudah marah, perasaan putus asa, atau bahkan pikiran yang mengganggu tentang merugikan diri sendiri atau bayi.
Gejala Baby Blues Syndrome
Beberapa gejala Baby Blues Syndrome meliputi:
- Perasaan Sedih yang Parah: Ibu mungkin merasa sangat sedih atau tidak berdaya, bahkan ketika tidak ada alasan yang jelas.
- Kecemasan yang Mendalam: Kecemasan yang parah dan terus menerus, terutama terkait dengan perawatan bayi atau perubahan dalam kehidupan sehari-hari.
- Mudah Marah: Kemarahan yang berlebihan dan mudah meledak, bahkan atas hal-hal kecil.
- Perasaan Putus Asa: Ibu mungkin merasa putus asa dan meragukan kemampuannya untuk merawat bayi atau mengatasi perubahan yang terkait dengan menjadi orangtua.
- Pikiran yang Mengganggu: Pikiran yang mengganggu atau obsesif tentang merugikan diri sendiri atau bayi.
- Gangguan Makan atau Tidur: Gangguan makan yang signifikan atau masalah tidur yang berkepanjangan.
Penyebab Baby Blues Syndrome
Baby Blues Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan hormon yang terjadi setelah melahirkan, kurang tidur akibat perawatan bayi yang intensif, stres, dan perubahan dalam dinamika keluarga. Selain itu, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya atau faktor-faktor lingkungan juga dapat berperan dalam perkembangan Baby Blues Syndrome.
"Dukungan sosial, terapis dan ahli medis berperan penting dalam pengendalian baby blues syndrome ini agar tidak mengarah kepada indikasi yang merugikan bahkan berbahaya, jangan ragu untuk menemui ahli medis maupun terapis jika terdapat kecurigaan sedang atau melihat kencendrungan tersebut," tegas dr Siti Nur R. Firda Fauziyah.