SARIASIH.com – Dalam proses menyusui eksklusif, tentu tidak selalu mulus seperti apa yang direncanakan, salah satu contoh produksi ASI yang menurun. Ibu tentu akan sangat khawatir, apalagi si kecil memang tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi selain ASI.
Hal yang membuat itu terjadi sebenarnya bukan hanya karena faktanya demikian, melainkan juga terkadang berangkat dari tingkat kekhawatiran ibu akan memasok ASI-nya. Alhasil, ibu akan panik dan tidak jarang merasa gagal karena tidak bisa memenuhi kebutuhan si kecil seperti biasa.
“Produksi ASI yang sedikit atau berkurang merupakan salah satu kesulitan menyusui yang sering dikeluhkan oleh ibu. Ada dua kondisi pada produksi ASI berkurang, yaitu ASI ibu benar-benar berkurang atau Ibu merasa produksi ASI-nya berkurang. Selain itu, pastikan kenaikan berat badan bayi dan BAK serta BAB bayi apakah sesuai dengan rekomendasi” tutur Konsultan Laktasi di Rumah Sakit Sari Asih Ciputat, dr. Hikmah Kurniasari, MKM, CIMI, IBCLC.
Penyebab paling sering menurunnya produksi ASI adalah karena bayi jarang disusui. Hisapan bayi merupakan cara yang efektif untuk menstimulasi ASI keluar dari payudara, sehingga secara otomatis jika intensitasnya berkurang maka akan membuat ASI tersendat.
“Pada saat bayi menyusu, terdapat rangsangan atau rangsangan ke otak ibu (Hipotalamus) yang kemudian akan mengaktifkan kerja hormon prolaktin dalam memproduksi ASI. Selain itu, hormon oksitosin juga bekerja untuk mengalirkan ASI yang telah diproduksi. Bila bayi jarang menyusu atau alergi dengan efektif, maka produksi ASI akan berkurang” kata dokter yang akrab disapa dr. Sari.
Selain itu, tidak sedikit yang mengeluhkan ketika menstruasi produksi ASI ibu juga ikut menurun. Hal tersebut disebabkan karena meningkatnya kadar hormon estrogen ibu. Umumnya secara kuantitas memang tidak begitu drastis, namun hal tersebut efektif membuat ibu ketar-ketir dan cemas.
Menurut perempuan yang memiliki Sertifikasi Konsultan Laktasi Internasional (IBCLC) ini menyatakan kondisi demikian hanya berlangsung beberapa hari saja. dr. Sari juga memaparkan jika solusi yang efektif agar produksinya kembali normal adalah sering menyusui si kecil.
“Kondisi ini terjadi pada beberapa hari saja ketika sedang menstruasi dan akan kembali lagi. Dengan ibu lebih sering menyusui bayinya maka dapat membantu menjaga produksi ASI-nya. Selain itu, untuk menjaga kesehatan, ibu perlu mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan cukup cairan” ucap dr. Sari.
Peran suami dan lingkungan sekitar saat ibu menemui permasalahan seperti ini, menjadi sangat penting untuk menimbulkan energi positif jika ibu pasti bisa melewatinya. Ibu juga seharusnya tidak bingung, karena ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar keadaan kembali normal.
“Saat merasa produksi ASI berkurang, ibu perlu dibantu untuk meningkatkan rasa percaya diri bahwa ASI cukup untuk bayinya. Selain itu, ibu juga bisa meningkatkan produksi ASI dengan sering menyusu atau memerah ASI. Hal yang tidak boleh dilupakan, ibu juga perlu mengonsumsi makanan gizi seimbang untuk kesehatan dirinya” jelas dr. Sari.
Apabila ibu merasa produksi ASI berkurang atau adanya penurunan dari segi jumlah, maka segera datangi konsultan laktasi. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan tata laksana yang tepat, sehingga bayi tetap terus mendapatkan ASI dengan kandungan semua nutrisi yang dibutuhkan.
Penulis: Dina Syelvila
Editor: dr. Hikmah Kurniasari, MKM, CIMI, IBCLC