Layanan Online Sari Asih Rapid Test, SWAB, Konsultasi Online
Layanan Online Sari Asih Rapid Test, SWAB, Konsultasi Online

Astigmatisme Pada Anak

30 Nov, 2020

SARIASIH.com – Selain orang dewasa, anak-anak juga dinyatakan rentan untuk mengalami adanya penurunan tingkat kesehatan mata, salah satunya silindris atau astigmatsime. Kondisi yang dikenal sebagai mata silinder ini disebabkan oleh adanya kelainan pada kelengkungan kornea atau lensa.

Hal tersebut pada akhirnya membuat penglihatan kabur anak, baik itu jarak dekat ataupun jarak jauh. Menurut dr. Reny Violeta, SpM, dokter spesialis mata di Rumah Sakit Sari Asih Cipondoh, mengaitkan erat antara mata silinder dengan genetik. Selain itu, penyebab lainnya juga bisa karena beberapa hal yang mengakibatkan konflik.

“Penyebab lain banyak sekali, terutama astigmatisme kornea, karena kornea itu paling depan, mudah terekspos faktor -faktor luar. Hal-hal yang bisa menyebabkan astigmatisme selain gen misalnya pernah operasi mata, pernah trauma pada mata, ada bekas sikatrik kornea karena infeksi lama atau luka lama pada kornea atau pun kebiasaan mengucek-ngucek mata dan masih banyak lagi” tutur dr. Reny.

Sayangnya hal ini tidak mudah diketahui, apalagi jika anak-anak masih dalam usia balita. Tidak semua anak menyadari jika memang tampilan mereka bermasalah. Jika mereka sudah mulai berprestasi, maka orang tua bisa menandainya lebih mudah karena penderita astigmatisme tentu akan mendapatkan kesusahan ketika belajar.

Selain itu, perhatikan pula ketika anak sedang berkegiatan di luar rumah, jika mereka seringkali memotret karena sinar matahari, maka hal tersebut perlu diwaspadai.

“Gejala dari mata silinder itu buram pastinya, bisa juga anak sering mengeluh karena performa matanya tidak seperti biasa. Sering sakit kepala, sering merasa pandangan ganda, rasa tidak nyaman pada kedua mata dan silau adalah beberapa tanda lainnya” kata dr.Reny.

Ada pula asumsi yang berkembang di masyarakat, seperti mata silinder juga dapat disebabkan oleh faktor penggunaan gadget . Menurut dokter yang memiliki hobi traveling ini, dampak yang dihasilkan justru bukanlah mata silinder, melainkan memicu mata lelah atau dalam medisnya disebut eye strain atau stenofia .

Kondisi tersebut terjadi ketika otot-otot mata berkontraksi terus menerus, termasuk otot lensa. Jika sering terjadi, maka dikhawatirkan lama kelamaan dapat memicu anak mengalami myopia atau rabun jauh. 

“Mata lelah bisa diatasi salah satunya dengan latihan rule 20 20 20 yaitu setiap 20 menit melihat sejauh-jauhnya yaitu 20 kaki atau sekitar enam meter selama 20 detik. Manfaatnya untuk melarang anak mengistirahatkan matanya ketika sedang belajar online atau main gadget, selain itu orang tua juga harus mengatur pencahayaan gadget supaya tidak terlalu redup atau terang” ucap dr. Reny.

Meskipun silindris memang ada yang tergolong keturunan, namun masih ada upaya yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Selain itu, anak juga perlu diajari untuk melakukan pemeriksaan dini minimal satu kali dalam enam bulan meskipun tidak disertai adanya keluhan.

“Intinya menjaga kesempurnaan dari kurvatura kornea dan lensa. Kalau itu disebabkan penyakit mata lain, maka begitu sakit mata harus segera diobati ke dokter mata, agar penyembuhan matanya bagus. Kembali lagi, kalau kornea pernah infeksi dan penyembuhannya nggak bagus, maka akan meninggalkan sikatrik, jika kornea sudah sikatrik maka pasti astigmatisme” tutup dr. Reny.

Lakukan pemeriksaan rutin di fasilitas kesehatan Rumah Sakit Sari Asih terdekat untuk mengantisipasi risiko yang lebih berat.

 

 

Bagikan :

Jadwal Poliklinik
dr. Adimas Fajar Hartono , SpAN
dr. Adimas Fajar Hartono , SpAN
Anestesi
drg. Fitri Lenggo Geni
Gigi
Ibu. Tanti Kusmiati , A.Md.TW, S.Psi, M.Psi
Ibu. Tanti Kusmiati , A.Md.TW, S.Psi, M.Psi
Psikolog Klinis
dr. Estu Ratnangganajati , Sp.KK
dr. Estu Ratnangganajati , Sp.KK
Kulit & Kelamin
dr. Moch. Nagieb , Sp.OT(K)
dr. Moch. Nagieb , Sp.OT(K)
Ortopedi
Layanan Online
Layanan Online
Konsultasikan Dengan Dokter
Coming Soon
Ok